Baru-baru ini, dunia bisnis dihebohkan dengan kabar mengenai dugaan gangguan yang dilakukan oleh sekelompok preman yang mengatasnamakan organisasi masyarakat (ormas) terhadap operasional pabrik BYD. Kejadian ini sontak memicu reaksi keras dari kalangan pengusaha.

Seorang tokoh pengusaha terkemuka angkat bicara, mengecam tindakan premanisme yang dinilai merugikan iklim investasi dan mengganggu stabilitas ekonomi. Tindakan seperti ini tidak bisa dibiarkan. Kami para pengusaha merasa resah dan terancam, ujarnya dalam sebuah pernyataan pers pada tanggal 26 Oktober 2024.

Menurutnya, gangguan terhadap pabrik BYD ini bukan hanya sekadar masalah kriminalitas, tetapi juga mencerminkan adanya praktik pemerasan dan intimidasi yang terorganisir. Ia mendesak aparat penegak hukum untuk bertindak tegas dan menindak para pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kejadian ini dapat memberikan dampak negatif terhadap citra Indonesia di mata investor asing. Jika praktik premanisme terus dibiarkan, investor akan berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya di Indonesia, tegasnya.

Para pengusaha berharap pemerintah dan aparat keamanan dapat memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum bagi para pelaku usaha. Hal ini penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Keamanan dan kepastian hukum adalah kunci utama.

Kasus ini menjadi sorotan utama dan diharapkan menjadi momentum bagi pemerintah untuk memberantas praktik premanisme yang meresahkan masyarakat dan menghambat pembangunan ekonomi. Tindakan tegas dan transparan dari aparat penegak hukum sangat dinantikan.