:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5195093/original/079750100_1745320684-20250422-Ngelamar_Jadi_PPSU-ANG_6.jpg)
Fenomena membludaknya pelamar Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) di berbagai wilayah Jakarta menjadi sorotan tajam. Pengamat menilai, tingginya minat ini merupakan cerminan dari kondisi lapangan kerja yang masih terbatas, terutama bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah.
Pada (Tanggal Hari Ini), antrean panjang terlihat di berbagai kantor kelurahan saat pendaftaran PPSU dibuka. Banyaknya pelamar bahkan melebihi kuota yang tersedia, menunjukkan betapa besar kebutuhan masyarakat akan pekerjaan yang stabil dan memberikan penghasilan tetap.
Kondisi ini sangat memprihatinkan, ujar seorang pengamat ekonomi. PPSU seharusnya menjadi pilihan terakhir, bukan satu-satunya harapan. Pemerintah perlu lebih serius menciptakan lapangan kerja yang lebih berkualitas dan berkelanjutan.
Selain kurangnya lapangan kerja, faktor lain yang memengaruhi minat masyarakat terhadap PPSU adalah persyaratan yang relatif mudah dan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Namun, pengamat mengingatkan bahwa pekerjaan ini memiliki risiko dan tantangan tersendiri, sehingga perlu dipertimbangkan dengan matang.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah pengangguran dan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Dengan demikian, masyarakat memiliki lebih banyak pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka, sehingga tidak hanya bergantung pada pekerjaan-pekerjaan informal seperti PPSU.
Berikut adalah tabel perbandingan antara pekerjaan formal dan informal:
Karakteristik | Pekerjaan Formal | Pekerjaan Informal (Contoh: PPSU) |
---|---|---|
Stabilitas | Tinggi | Sedang |
Gaji | Lebih Tinggi | Cukup untuk kebutuhan dasar |
Persyaratan | Lebih Tinggi | Relatif Mudah |
Peluang Pengembangan | Lebih Besar | Terbatas |