
Kebijakan perang dagang yang digagas oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ternyata berbalik arah dan merugikan negaranya sendiri. Setidaknya, tercatat lima kali Trump mengubah atau merevisi kebijakannya terkait tarif impor dan ekspor, menunjukkan ketidakkonsistenan dan dampak negatif dari strategi tersebut.
Awalnya, Trump berambisi untuk melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan dengan mengenakan tarif tinggi pada barang-barang impor, terutama dari Tiongkok. Namun, langkah ini justru memicu retaliasi dari negara-negara mitra dagang, yang kemudian membalas dengan mengenakan tarif pada produk-produk Amerika.
Dampak dari perang dagang ini sangat terasa bagi para petani dan produsen Amerika. Mereka kehilangan pasar ekspor, harga komoditas anjlok, dan rantai pasokan terganggu. Pemerintah AS terpaksa menggelontorkan dana bantuan miliaran dolar untuk meringankan beban para petani yang terdampak.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana Trump 'menjilat ludah sendiri' dalam kebijakan perang dagangnya:
1. Tarif Baja dan Aluminium: Awalnya dikenakan secara luas, kemudian dikecualikan untuk beberapa negara setelah mendapat tekanan.
2. Tarif Tiongkok: Beberapa kali ditunda, direvisi, atau dibatalkan sebagian setelah negosiasi yang alot.
3. Kesepakatan Dagang dengan Uni Eropa: Sempat bersitegang, kemudian mencapai kesepakatan terbatas untuk menghindari perang dagang yang lebih besar.
4. Trans-Pacific Partnership (TPP): Trump menarik AS dari TPP, tetapi kemudian mempertimbangkan untuk bergabung kembali.
5. Ancaman Tarif Otomotif: Mengancam mengenakan tarif tinggi pada impor mobil, tetapi kemudian menunda implementasinya.
Perubahan kebijakan yang terus-menerus ini menciptakan ketidakpastian bagi pelaku bisnis dan investor. Mereka kesulitan untuk membuat perencanaan jangka panjang karena tidak tahu kebijakan apa yang akan diterapkan selanjutnya. Ketidakpastian ini menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi.
Pada akhirnya, perang dagang Trump terbukti menjadi bumerang bagi Amerika Serikat. Alih-alih melindungi industri dalam negeri, kebijakan ini justru merugikan para petani, produsen, dan konsumen Amerika. Selain itu, perang dagang juga merusak hubungan diplomatik dengan negara-negara mitra dagang.
Meskipun pemerintahan Biden telah mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan perdagangan, dampak dari kebijakan Trump masih terasa hingga saat ini. Pemulihan ekonomi global pasca-pandemi menjadi semakin sulit dengan adanya hambatan-hambatan perdagangan yang diciptakan oleh perang dagang.